Select Menu

Slider

Travel

Performance

Cute

My Place

Slider

Racing

» » Berlebihan Dalam Urusan Duniawi
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama






Seringkali ukuran keberhasilan ‘duniawi’ dijadikan patokan. Seorang yang tak punya adab/sopan santun, bisa dipuji-puji, karena keberhasilannya di bidang materi (bisnis). Seringkali orientasi kehidupan kita terfokus pada masalah pencarian ‘point’, apa sih yang kita kerjakan agar produktif di keesokan harinya. 

Tak heran jika menjamur, trainer-trainer motivasi yang arah-arahannya ditujukan pada semangat orang dalam membangun karir dan bisnisnya. Bahkan ‘kenikmatan duniawi’ tidak selamanya hanya berupa harta benda, melainkan banyak hal, dari hiburan, canda tawa, dan sebagainya yang seringkali melalaikan bahwa kehidupan manusia itu hanya sebentar. 

Bisnis atau kenikmatan duniawi lainnya,  memang tidak bertentangan dengan agama, karena agama memberi ruang kepada manusia untuk bekerja dan mencari nafkah, untuk kelanggengan kehidupannya dan keturunannya, dan mereka juga membutuhkan kesenangan sebagai kebutuhan psikis mereka.  Tetapi tak disangkal pula, jika ‘hubbud-dun-ya’ tanpa diimbangi dengan sikap berpasrah kepada ilahi, maka ia akan diperbudak oleh sesuatu yang dicintainya. Allah berfirman dalam Surat al Hadid : 20 

"Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, dan perhiasan dan bermegah-megah antara kamu, dan berbangga-bangga tentang harta dan anak-anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan petani, kemudian ia menjadi kering, maka kamu melihatnya kuning, kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat ada azab yang keras dan keampunan daripada Allah dan keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu."

Al Qur’an memang memerintahkan manusia agar tidak melupakan masalah duniawinya ( wa laa tansa inna nashibaka mina ad dun-ya/ jangan lah lupa jika sebagian dari kamu adalah hal keduniawian), ayat tersebut hanya merujuk pada kondisi manusia dari segumpal daging yang membutuhkan makan dan minum, belaka. Sama sekali tidak memerintahkan untuk berlebihan dalam mencari harta benda. Tetapi tak dapat disangkal pula, bahwa secara realitasnya juga, kehidupan ini juga dipenuhi dengan adegan-adegan permainan.

Seorang yang berlimpahan dalam harta, itu tidak selamanya karena seseorang tersebut membutuhkan harta yang dicarinya. Jika jumlah harta melebihi kebutuhan konsumsinya,, maka semata-mata hanya tuntutan kesenangan belaka. Mencari dan mengumpulkan harta, lalu menghitung-hitung seberapa banyak saham yang telah ia tanamkan, seakan menjadi hobi yang berlangsung sepanjang hayat seseorang. 

Yaitu orang yang mengumpulkan harta lalu menghitung-hitungnya, mereka menyangka bahwa hartanya akan kekal (al Humazah: 2-3)

Tak ada satu pun makhluk di dunia ini membutuhkan kekayaan 1 Triliun, kecuali hanya sebagai ‘permainan koleksi harta’ belaka. Sehingga tak jarang, meski seseorang punya asset berlimpah, tetapi tak lepas dari usaha kompetitif dengan pengusaha mapan lainnya untuk memenangkan pasaran. Selain permainan (la’ibun) ekonomi, juga terdapat permainan politik, dari level desa sampai level pusat. 

Selain model-model permainan di atas, ada pula permainan-permainan yang sengaja diciptakan oleh manusia untuk berhibur. Dari seni music, tarian, swit, kartu, olahrga, dan sebagainya. Banyak pula yang diisi oleh hiburan senda gurau. Dari senda gurau dalam kehidupan keseharian, sampai senda gurau dari televisi-televisi.  

Permainan dan senda gurau (la’ibun wa lahwun) ini sebenarnya tidak terlarang dalam agama Islam, tetapi seringkali melalaikan manusia, bahwa mereka diciptakan di bumi ini hanya sebentar saja. Orang yang menghasilkan guyonan, mampu menghibur orang banyak dengan candaan, di sisi lainnya sukses secara ekonomi, akan sangat dihormati oleh orang banyak. 

Ini lah salah satu kenikmatan duniawi. Dan justru keadaan ini seringkali melupakan bahwa suatu saat ia akan dicabut nyawanya, dan kembali kepada Allah dengan bertanggungjawab terhadap apa yang telah dilakukannya selama di dunia, tanpa membawa bekal amal ibadah. 

Orang yang harinya hanya selalu berurusan dengan masalah keduniawian, berarti manusia itu tidak menghargai waktu yang diberikan oleh kepadanya. “Demi Waktu. Sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih, dan saling memberi wasiat dalam kebenaran dan kesabaran” (Surat Al ‘Ashr).

Ada pula kehidupan duniawi lainnya yaitu, perhiasan dan kemilauan. Untuk saat ini sedang musimnya ‘batu akik’. Sama seperti emas dan perak, juga salah satu jenis perhiasan. Dimana jika seseorang memakainya terlihat lebih ‘pede’. Tak jarang, perhiasan dibeli dengan harga sangat mahal. Dari ukiran kalung dan gelang emas kadar 24 karat, mobil lamborgini, jam tangan merk rolex, dan seterusnya. Semakin banyak harta yang ia dapatkan, tidak lah semakin banyak yang ia sedekahkan, tapi ia ‘laundry’ untuk membeli perhiasan dan kesenangan-kesenangan lainnya. 

Menjadi rahasia umum, jika barang seni yang dipajang, “nilai seni”nya tidak lah terletak pada keindahan estetika internal, melainkan ‘nilai seni’nya yang tinggi, terletak pada harga yang tercantum pada lebel barang seni bersangkutan. Semakin tinggi harga yang dipatok, maka akan menghasilkan gairah tinggi orang melihat dan menikmati keindahannya.  Tak heran jika banyak artis, pengacara, dan beberapa orang ternama mereka mengkoleksi mobil-mobil mewah seharga puluhan milyar rupiah. Anak, istri, saudara-saudaranya, teman-teman separtai, seorganisasi, semuanya kecipratan.

Rasulullah Saw bersabda ;  “Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan akan menimpa diri kalian. Akan tetapi, aku kahwatir jika dunia ini dibentangkan untuk kalian sebagaimana ia dibentangkan untuk orang-orang sebelum kalian sehingga kalian berlomba sebagaimana mereka berlomba, dan akhirnya kalian hancur sebagaimana mereka hancur.” (Hadits riwayat Bukhori dan Muslim). 

Berlebihan dalam hubb ad dun-ya  ini memang menyingkatkan waktu. Waktu 60 tahun, terasa sebentar karena diisi dengan kesenangan-kesenangan. Kesenangan itu lah yang seringkali menutup ‘memori menakutkan’ tentang kepastian datangnya kematian. Dalam Surat Al Mu’minum Allah berfirman; 

Allah bertanya, ‘Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka menjawab, ‘Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.' Allah berfirman, ‘Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui.' Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?  

Akhirul kata, ada Sebuah Nasehat dari Malik bin Dinar yang pantas direnungkan, dimana beliau menggambarkan tentang orang yang berpenyakit cinta dunia dengan ungkapan sebagaimana berikut; 

Sesungguhnya apabila badan sakit maka makan dan minum sulit untuk tertelah, istirahat dan tidur juga tidak nyaman. Demikian pula hati apabila telah terbelenggu dengan cinta dunia maka nasihat susah untuk memasukinya

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply