Select Menu

Slider

Travel

Performance

Cute

My Place

Slider

Racing

» » » Jejak Peninggalan Mataram Islam di Kotagede
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama



Masjid tertua se-DIY ada di Kotagede, Bangunan ini dekat dengan kompleks pemakaman raja Mataram. Sebuah kompleks makam, yang didalamnya terdapat Pasareyan Panembahan Senopati, kakeknya Raja Agung, pendiri Mataram Islam. 

Kedua tempat  ini (yaitu makam Panembahan Senopati & Masjid Agung) adalah sama-sama bangunan bersejarah, dan berada dalam satu kompleks. Panembahan Senopati wafat pada tahun 1601, dan masjid Agung didirikan oleh Sultan Agung 40 tahun kemudian, yaitu pada tahun 1640. Sehingga  kompleks ini adalah bagian tak terpisahkan yang dibangun sejak 5 abad lampau.



(Gbr. Map Kompleks Masjid Agung & Makam Panembahan Senopati)

Memasuki kompleks ini seakan kembali ke jaman kerajaan dulu. Tempat ini adalah pusat kerajaan mataram, sebelum mataram terpecah belah menjadi kraton Kasunanan di Solo dan Kraton Kasultanan di Yogyakarta. Jadi tempat ini jadi milik bersama kedua pusat kerajaan tersebut.

Pada jaman dulu, Kotagede, meski secara geografis adalah bagian dari Yogyakarta, tetapi secara administrative, menjadi Kotagede Yogya dan Kotagede Solo. Makanya di salah satu halaman masjid mataram, terdapat prasasti dari Pakuboewono X, raja Solo.

Dua kerajaan ini adalah kerajaan Islam, karena dipimpin oleh raja-raja yang beragama Islam, dengan penasehat para ulama, yang disebut dengan penghulu. Di tempat ini lah dulu, Sultan Agung membantu penyebaran agama Islam, dengan menempatkan banyak ulama di beberapa daerah, menyesuaikan kalender Saka dengan kalender Islam, dan mengangkat ulama sebagai pejabat kerajaan yang disebut dengan penghulu.

Kemana Kraton Mataramnya? Meski terdapat banyak sisa-sisa kraton mataram, seperti makam, masjid, sisa tembok beteng,, tetapi istana raja tepatnya tidak diketahui secara pasti.

Jika memasuki masjid,  lewat pintu gerbang sebelah timur, maka terdapat pohon beringin sangat besar. Pohon ini dipercaya sudah ada sejak masa kraton Mataram Kotagede masih berdiri.  Pohon ini jadi saksi bisu ketika Panembahan Senopati mendirikan pusat kerajaan.


(gambar pohon beringin)

Dari Pohon kea rah barat sekitar 50 meter, terdapat jalan setapak, menuju sebuah gapura paduraksa, gapura khas “Hindhu”. Bangunan ini sangat khas dengan kultur asli Nusantara (Jawa), dengan berbagai pengaruhnya. Memasuki gapura, akan bertemu dengan tembok pahatan. Setelah lewat tembok ini, barulah bertemu dengan halaman masjid Mataram Kotagede. 

Biasanya orang datang ke kompleks ini terbagi jadi 2 niat. Niat untuk beribadah sholat, maka ia akan menuju ke masjid. Sedangkan jika ingin berziarah, maka belok kea rah kiri, memasuki gerbang yang juga berbentuk sama (paduraksa). Biasanya penduduk sekitar kompleks, pergi ke masjid, sedangkan orang dari luar, berniat berziarah. Oleh karena itu, pada malam-malam tertentu kompleks ini ramai pengunjung. 



(gambar gapura paduraksa)

Tetapi tidak semua bagian kompleks ini murni sama seperti jaman pertama kali dibangun. Bagian dari batu bata merah yg terlihat masih muda, jelas tidak dibangun ketika jaman Sultan Agung. 

Tetapi banyak bagian yang bangunan aslinya tetap bertahan. Seperti bagian inti masjid, tembok bagian utara masjid, gerbang paduraksa, serta bangunan tembok di seputar kompleks pasareyan.


Bagian masjid sendiri yg asli Cuma bagian tengah dan bedug yang diletakkan di salah satu sudut masjid. Sedangkan bagian teras, kolam sekitar masjid, dan perluasan di beberapa bagian dalam masjid, dilakukan atas perintah Pakoebowono X, raja Solo, yang berkuasa sampe tahun 1939. 

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply