Penemuan Kaum Nabi Luth |
Intro
Pernahkan mendengar cerita tentang Laut Mati, sebuah laut
dimana seorang tak mungkin bisa tenggelam, meskipun tak dapat berenang?. Sebuah
lautan di tengah daratan terletak di perbatasan antara Palestina dan Yordania,
dengan kadar garam sangat tinggi, hingga bisa membuat tubuh manusia dapat
mengapung, tapi tak ada satu pun hewan (dari kelompok jenis ikan) yang dapat
hidup di dalamnya. Di Lokasi ini lah, digali dan ditemukan kerangka-kerangka
kaum Nabi Luth, sebagian dari mereka ditemukan dalam keadaan sedang melakukan
hubungan sesama jenis.
Nabi Luth
Nabi Luth adalah salah satu rasul yang diutus Allah kepada
suatu negeri, yaitu negeri Sadum dan Gomorah, sebuah negeri yang sekarang
terletak di Laut Mati. Nabi Luth
diperkirakan hidup pada abad 19 SM, dan satu generasi di bawah Nabiyullah
Ibrahim as. Beliau adalah keponakan dari Nabi Ibrahim. Nama Luth disebut al
Qur’an sebanyak 27 kali, semuanya berhubungan dengan dakwahnya terhadap kaum
Sodom (homoseksual). Oleh karena itu, dalam Bahasa arab, penyimpangan seksual
sodomi (homoseksual) disebut dengan istilah “liwath”. Sebuah orientasi seksual
menyimpang penyuka sesame jenis. Ia menikah dengan seorang gadis, dan memiliki dua
orang putri.
Laut Mati dengan Kandungan Kadar Garam Sangat Tinggi |
Aktivitas Dakwah Nabi
Luth
Maraknya pembahasan LGBT ini mengingatkan kembali pada
perjuangan Nabi Luth dalam berdakwah kepada para kaumnya. Hampir semua tenaga
dan pikiran Nabi Luth tercurah untuk mendakwahi kaumnya agar berhenti mencintai
sesama jenis.
Dalam Qur’an Asy Syu’ara, Nabi Luth berkata : “Dan aku tidak lah meminta upah kepadamu atas
ajakan itu, upahku hanya lah dari Tuhan semesta Alam, Mengapa kamu mendatangi
jenis lelaki diantara manusia dan kamu tinggalkan perempuan yang diciptakan
Allah untuk dijadikan sebagai istri kamu? Kamu memang orang-orang yang
melampaui batas” (Asy Syuara’ : 164 – 166)
Dakwah Nabi Luth dibalas dengan hardikan dan penolakan
sangat tegas dari kaumnya. Dalam ayat selanjutnya, diceritakan tentang ancaman
kaumnya terhadap diri Nabi Luth, ia akan diusir dari wilayah mereka (yaitu
sekitar Sodom dan Gomorah), jika tidak berhenti berdakwah kepada mereka. Mereka
kaum Luth, lama-kelamaan gerah dengan ajakan-ajakan Nabi Luth kepada mereka
untuk meninggalkan perbuatannya. Dalam ayat ini, terdapat gambaran bahwa
berdakwah kepada pengidap penyakit sodomi sangat sulit hingga pada masa kini.
Kaum Nabi Luth adalah kaum pertama kali yang terjangkit penyimpangan seksual
sesama jenis. Hal ini dapat dilihat dalam Surat al A’rof 80
“Dan (Kami juga telah
mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah ) tatkala dia berkata kepada mereka:
“Mengapa kamu mengerjakan perbuatan kemungkaran itu, yang belum pernah
dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?”.
Pada waktu itu pun jawaban yang diberikan kaum Nabi Luth terhadap dakwah Nabi
Luth pun sama, yaitu apa yang dilakukan Nabi Luth hanya lah sikap sok suci, dan
dianggap angin lalu. Sebagaimana Firman Allah dalam ayat selanjutnya, yaitu
pada Al A’rof ayat ke 82.
Jawab kaumnya tidak
lain hanya mengatakan: “Usirlah mereka (Luth dan para pengikutnya) dari kotamu
ini, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri
.”
Meski mengalami penyimpangan seksualitas, seabgaimana yang
telah dikatakan oleh Nabi Luth, dengan mengatakan ‘ta’tuunal faahisyata maa sabaqokum bihaa min ahadin minal ‘aalamiin”
(perbuatan menyimpang yang tidak pernah satupun dilakukan oleh seorang pun di
masa sebelumnya), tetapi kaum Nabi Luth menganggap apa yang dialami mereka
hanya lah sebuah kewajaran yang mesti diterima. Mereka pun menolak diberikan
obat penyembuhan.
Datangnya Azab Allah
Kaum Nabi Luth mengejek dan menghina ajaran yang disampaikan oleh beliau,
mereka menantang Nabi Luth untuk mendatangkan adzab jika Nabi Luth termasuk
orang yang benar.
Apakah sesungguhnya kamu patut mendatangi
laki-laki, menyamun dan
mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuanmu? Maka jawaban kaumnya
tidak lain hanya mengatakan: "Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika
kamu termasuk orang-orang yang benar".
Mirip
tantangan yang diberikan oleh para aktivis pembela “hak” LGBT terhadap para
penentangnya. Mereka pada umumnya tidak takut azab yang akan diberikan kepada
mereka. Dalam hal ini Allah berfirman:
“Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian
tangguh Kami kepada mereka adalah lebih
baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah
supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan?”
(Ali ‘Imran 178)
Azab
terhadap kaum Nabi Luth diawali dengan kehadiran tiga pemuda tampan yang
menjadi tamu Nabi Luth, karena hendak berebut meminang putri Nabi Luth.
Permintaan tersebut diterima dengan berat hati, karena ia harus menerima tamu
yang datang dari jauh, dengan tujuan sangat mulia. Tetapi di sisi lain, Nabi
Luth mengkhawatirkan keselamatan mereka, dari ulah kaumnya. Dan ternyata,
benar, kedatangan mereka diketahui oleh para kaumnya, dan bergegas mereka
mendatangi rumah Nabi Luth untuk meminta para pemuda tampan itu diberikan
kepada mereka.
"Dan tatkala
datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah dan
merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan dia berkata: 'Ini adalah
hari yang amat sulit.' Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergesa-gesa. Dan
sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji."
(QS. Hud: 77-78)
Keinginan dari kaum nabi Luth tersebut, ditolak
mentah-mentah oleh Nabi Luth. Nabi Luth berkata kepada kaumnya, agar kembali
kepada keadaan yang sebenarnya (normalitas), agar bisa hidup berdampingan
dengan seorang perempuan, menikahi mereka dan membentuk sebuah rumah tangga.
"Dia berkata:
'Hai kaumku, inilah putri-putri (negeriku) mereka lebih suci bagimu, maka
bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap
tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal." (QS. Hud:
78)
"Mereka menjawab:
'Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap
putri-putrimu; dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami
kehendaki.'" (QS. Hud: 79)
Nabi Luth tidak dapat menahan serbuan kaumnya, karena secara
fisik ia sudah lemah, di hadapan para pemuda Sodom berjumlah banyak. Mereka
berhasil menjebol pintu rumah Nabi Luth, tetapi tiba-tiba pandangan mata mereka
menjadi buta, dan pada saat itu, yaitu pada subuh hari, terjadi azab yang
diberikan kepada mereka. Sementara Nabi
Luth beserta keluarga kecuali istrinya,
sebelum Subuh, sudah dapat menyelamatkan diri keluar daerah, tanpa
menoleh ke belakang.
Pelajaran dari Kisah
Istri Nabi Luth
Sebagaimana istri Nabi Nuh as, Istri Nabi Luth adalah orang
yang turut diazab oleh Allah bersama para kaumnya. Mereka diazab karena sebagai
pembela orang – orang yang menentang dakwah suaminya. Istri Nabi luth lah yang
memberitahukan kepada kaumnya tentang keberadaan para pemuda tampan di
rumahnya, hingga kaum Nabi Luth mendatangi rumahnya, dan meminta Nabi Luth
menyerahkan pemuda.
Istri Nabi Luth seperti para pembela kaum Nabi Luth yang
jelas-jelas menyalahi fitrah. Mereka merelakan dirinya tanpa bayaran, untuk
menyenangkan para pelaku penyimpangan yang diharamkan oleh Allah, meskipun
mereka sendiri tak merasakan kenikmatannya. Sebagaimana istri Nabi Luth, meski
bukan lah bagian dari pelaku homoseksual (karena ia seorang wanita), tetapi ia
ingin selalu bersama mereka, dan pendengar suara hati mereka.
Ketika terjadi azab Allah di Sadum (Sodom), semua kelaurga
Nabi Luth, yaitu beliau bersama dua putrinya, dapat menyelamatkan diri, tetapi
tidak dengan istri Nabi Luth. Istri Nabi Luth, tidak tega meninggalkan kaumnya,
meski mendapatkan peringatan dari suaminya. Ia mengingkari azab yang akan
diberikan kepada kaumnya. Ketika Laknat Allah datang, semua kota dihancurkan
tidak terkecuali Istri Nabi Luth. Di daerah sisa wilayah Sodom, sekarang terdapat
sebuah batu yang dipercaya penduduk sekitar sebagai batu istri Nabi Luth,
karena menyerupai seorang wanita.
Di dekat Laut Mati terdapat sebuah batu yang menyerupai manusia,
oleh orang sekitarnya dipercaya sebagai istri Nabi Luth. Batu tersebut disebut
dengan Pillar of Salt. Tentang kebenaran
cerita tentang batu ini tidak ada keterangan dalam nash apapun, sehingga tak
wajib dipercaya. Tetapi setidaknya, sebagai peringatan terhadap manusia betapa
terkutuknya orang-orang yagn membela orang-orang yang keluar dari sunnatullah
manusia, sebagai pecinta lawan jenis.
Tidak ada komentar