Asal Muasal
Imlek
Jumat 16 Februari bertepatan dengan tahun
baru Imlek 2569, sejak pemerintahan Abdurrahman Wahid menetapkannya sebagai
hari libur nasional. Imlek merupakan tahun baru berdasarkan kalender cina. Sebuah
kalender yang menghitung penanggalan berdasarkan sistem peredaran bulan
terhadap bumi, sehingga hampir sama dengan penanggalan hijriyah.
Perbedaannya, kalender ini juga dicocokkan
dengan kalender Yanglik (jenis kalender cina lainnya) yang berdasarkan
peredaran matahari. Dalam kelender Yanglik hampir sama dengan sistem
penanggalan Imlek, dimana tiap tahun terdiri dari 365 1/4 hari. Sehingga
tiap perayaan tahun baru imlek selalu jatuh pada rentang waktu antara 21
januari hingga 19 februari. Selain itu perbedaan
penaggalan imlek dengan penanggalan qomariyah adalah, bahwa tiap 5 tahun,
terdapat 2 tahun kabisat. Yaitu dalam satu tahun terdiri dari 13 bulan. Hal ini
berbeda dengan sistem kalender hijriyah dimana tiap tahun selalu terdiri dari
12 bulan. Sehingga kalau di indonesia, perayaan ini selalu jatuh di musim
penghujan. Sedangkan kalau di cina, perayaan ini selalu jatuh pada musim semi. Yaitu
sesudah musim salju turun, kemudian datang musim semi yang menandakan datangnya
waktu bercocok tanam.
Tahun yang tertera Kalender Imlek terpaut 551
tahun darpada kelender masehi. jika tahun ini menurut kalender masehi tahun
2018, maka pada kalender imlek tertera tahun 2569. Karena ketika kalender Xia
(kalender imlek) ketika ditetapkan oleh dinasti Han menetapkan tahun pertamanya
sejak 551 sebelum Masehi. Penetapan kalender Xia ini berdasarkan atas sabda
suci dari Kongzi (konghucu) agar memakai kalender Xia. Pemerintahan dinasti Han
waktu itu menerapkan konghucu sebagai agama resmi kerajaan, sehingga pemakaian
penanggalan juga harus didasarkan atas sabda konghucu yang berasal dari kitab
suci. Karena agama konghucu berhimpitan dengan sejarah bangsa cina, dalam
rentang waktu ribuan tahun, maka agama tidak dapat dipisahkan dengan
kebudayaan. Pada mulanya diilhami sebagai kegiatan keagamaan lama kelamaan
dianggap sebagai budaya atau tradisi.
Tahun baru di Cina diselenggarakan
dengan berbagai festival dengan lama 15
hari. Pemerintahan di China menetapkan
hari libur selama sepekan penuh untuk menyambut hari raya Imlek, yang mereka
sebut dengan Juen Cie. Sedangkan masyarakat keturunan China di ndonesia
menyebut nya dengan imlek atau Sin Cia. Acara ini diisi dengan berbagai
kegiatan, misalnya tradisi pada keturunan etnis cina di indonesia adalah dengan
cara bersih-bersih rumah. Pada hakekatnya, bersih-bersih rumah menjelang imlek
ini, didasarkan atas kepercayaan masyarakat tionghoa, bahwa dengan membersihkan
rumah pada saat-saat ini akan membuang segala keburukan yang menghalangi
keberuntungan. Di cina sendiri, kegiatan imlek identik dengan agama konghucu. Umat
konghucu pada perayaan ini melakukan pemujaan di klenteng-klenteng. Di indonesia
mereka merayakan sembahyang secara tersendiri sebagaimana dilakukan oleh umat
konghucu.
Mendekorasi rumah dengan warna dominan merah
merupakan salahs satu ciri khas yang dilakukan oleh etnis cina. Bagi orang
cina, warna merah melambangkan kesejahteraan dan kekuatan, yang dipadu dengan
gambar harimau atau naga. Selain itu terdapat makanan-makanan yang khas
disajikan pada saat imlek. Perayaan imlek di indonesia hampir sama dengan
perayaan imlek di wilayah-wilayah lain di komunitas cina (pecinan atau china
town). Mereka menggelar aneka pertunjukan, selain pertunjukan barongsai juga
terdapat pertunjukan kembang api.
Sekarang pertanyaannya
adalah bagaimana hukum islam tentang perayaan imlek?
Terdapat perbedaan cara pandang muslim
menyikapi imlek. Sebagian mereka menganggapnya sebagai bagian dari agama
konghucu, dimana muslim tidak boleh bersentuhan dengan salah satu unsur dari
agama lainnya. Sehingga hukumnya haram, meski itu hanya mengucapkan selamat. Di
sisi lainnya terdapat muslim yang membolehkan perayaan imlek karena imlek hanya
lah sebuah tradisi bukan kegiatan agama, selama tidak berbuat maksiat atau
menyekutukan Allah, maka merayakan imlek dianggap boleh. Misalnya dengan
menyambangi rumah kerabat atau makan malam bersama. Karena dalam ajaran agama
islam sendiri, memerintahkan untuk berbuat baik dan bermuamalah dengan orang kafir atau non muslim.
Sedangkan Ketua Umum Yayasan Haji Karim Oei (salah
satu wadah perkumpulan etnis tionghoa muslim), Ali Karim, sebagaimana dikuti
oleh CNN Indonesia, menyatakan bahwa yayasan nya tidak mengadakan kegiatan
khusus untuk menyambut tahun baru imlek, takutnya menjadi kebiasaan. Menurutnya
kegiatan agama , jika tidak diatur dalam al Quran atau hadits, dapat menyimpang
untuk ritual-ritual yang tidak diajarkan dalam agama islam, misalnya mencuci
barang pusaka. Meskipun tidak dapat dipungkiri, keluarga etnis tionghoa muslim
banyak melakukan silaturahmi ke rumah mereka, dan mereka harus menerimanya. Menurut
Ali Karim, Muslim Tionghoa harus tetap
menjalin silaturahmi dengan keluarganya yang tidak memeluk agama Islam. Sebab,
silaturahmi adalah suatu hal yang dianjurkan dalam ajaran Islam,
Tidak ada komentar