Idul fitri berasal dari
dua kata, yaitu ‘Id dan Fithri. ‘Id artinya kembali, dan Fithri, artinya suci.
Sehingga jika digabungkan menjadi Kembali ke Fitri. Artinya, sesudah digembleng
dengan amaliyah di bulan Ramadhan, maka diharapkan menjadi individu yang lebih
bersih dan lebih baik lagi. Ada sebagian pendapat yang menyatakan bahwa ‘Id
artinya di sini bukan ‘kembali’, melainkan ‘hari raya, dengan pertimbangan
bahwa Hari Raya kurban, sering dinamakan dengan ‘Idul Adha, keduanya mempunyai
persamaan, yaitu sebagai hari besar ummat islam.
Pertimbangan lain nya,
bahwa ‘Id berarti hari raya, yaitu kewajiban seorang muslim untuk membayar
zakat fitrah, diperuntukkan kepada kelompok tidak mampu. Dengan harapan, bahwa
perayaan hari raya ini tidak hanya dirayakan oleh kelompok yang mampu (kaya),
melainkan juga dapat dinikmati oleh kelompok faqir dan miskin. Kewajiban tiap
individu membayar 2,5 kg makanan pokok ini setara dengan rata-rata konsumsi
yang dibutuhkan oleh satu keluarga kecil dalam satu hari.
Perayaan Idul Fitri di
Indonesia dan beberapa negara lainnya, seringkali berbeda. Hal ini dikarenakan
karena Idul Fitri dirayakan berdasarkan penanggalan Hijriyah, yaitu sistem
kalender yang mulai diberlakukan sejak zaman kekhalifahan Umar Ibn Khatab,
dengan acuan awal Hijrah Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah, dengan
menggunakan penanggalan qomariyah (yaitu sistem penanggalan berdasarkan
perputaran bulan). Sedangkan dalam penentuan hari, terdapat dua metode, yaitu
metode hisab (yaitu metode perhitungan) dan metode rukyatul hilal (yaitu
melihat tanda kemunculan bulan). Terkadang dalam penentuan hisab, tidak sesuai
dengan rukyatul hilal. Ini lah yang menjadi pangkal penyebab seringnya terjadi
perbedaan dalam menentukan hari raya Idul Fitri.
Idul Fitri, sama
seperti tuntunan syariat lainnya, yaitu selalu mengacu pada al Qur’an atau as
Sunnah sebagai sumber referensinya, ini yang menjadi kekhasan dalam islam,
yaitu tradisi yang selalu mengacu pada kedua petunjuk tersebut. Tentang
penentuan waktu idul fitri ini, jatuh di bulan 1 syawal didasarkan petunjuk
dari Surat al Baqarah 185, yang artinya
“Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”
Idul Fitri merupakan salah satu dari dua hari
raya yang ditentukan oleh Nabi sendiri. Sedangkan perayaan keislaman lainnya,
seperti Isra’ Mi’raj, Tahun Baru Hijriyah, Maulid Nabi, dan sebagainya, bukan
lah hari raya Islam. Tetapi dalam tradisi yang dilakukan oleh masyarakat
muslim, peringatan-peringatan tersebut tetap dirayakan. Tentang penentuan dua
hari raya ini, dapat dilihat dari hadits sebagaimana berikut ini; Dari Imam Tabrani r.a., Rasulullah Saw
bersabda: “Barang siapa menghayati malam
Hari Raya Aidil Fitri dan malam Hari Raya Aidil Adha dengan amal ibadah sedang
dia mengharapkan keredaan Allah semata-mata hatinya tidak akan mati seperti
hati orang-orang kafir.”
Sebagaimana dalam Surat al Baqarah 185 di atas,
bahwa setelah lewatnya bulan puasa (atau dengan menggenapkannya menjadi 30
hari), maka Allah memerintahkan untuk bertakbir kepadaNya. Perintah ini tidak
hanya berlaku pada hari Raya Idul Fitri, melainkan juga pada hari raya Idul
Adha. Pada suatu hadits, selain bacaan takbir, juga dianjurkan untuk bertahmid
(memuji Allah, dengan bacaan alhamdulillah), atau dengan taqdis (mensucikan
Allah, yaitu dengan bacaan Subhanallah). Sebagaimana hadits yang diriwayatkan
oleh Anas, Rasululllah Saw bersabda “ Hiasilah kedua-dua Hari Raya kamu iaitu
Hari Raya Puasa dan juga Hari Raya Korban dengan Takbir, Tahmid dan Taqdis.
Tidak ada komentar