Select Menu

Slider

Travel

Performance

Cute

My Place

Slider

Racing

» »Unlabelled » MAKNA IDUL FITRI BAGI SEORANG MUSLIM
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama






Idul fitri berasal dari dua kata, yaitu ‘Id dan Fithri. ‘Id artinya kembali, dan Fithri, artinya suci. Sehingga jika digabungkan menjadi Kembali ke Fitri. Artinya, sesudah digembleng dengan amaliyah di bulan Ramadhan, maka diharapkan menjadi individu yang lebih bersih dan lebih baik lagi. Ada sebagian pendapat yang menyatakan bahwa ‘Id artinya di sini bukan ‘kembali’, melainkan ‘hari raya, dengan pertimbangan bahwa Hari Raya kurban, sering dinamakan dengan ‘Idul Adha, keduanya mempunyai persamaan, yaitu sebagai hari besar ummat islam.

Pertimbangan lain nya, bahwa ‘Id berarti hari raya, yaitu kewajiban seorang muslim untuk membayar zakat fitrah, diperuntukkan kepada kelompok tidak mampu. Dengan harapan, bahwa perayaan hari raya ini tidak hanya dirayakan oleh kelompok yang mampu (kaya), melainkan juga dapat dinikmati oleh kelompok faqir dan miskin. Kewajiban tiap individu membayar 2,5 kg makanan pokok ini setara dengan rata-rata konsumsi yang dibutuhkan oleh satu keluarga kecil dalam satu hari.

Perayaan Idul Fitri di Indonesia dan beberapa negara lainnya, seringkali berbeda. Hal ini dikarenakan karena Idul Fitri dirayakan berdasarkan penanggalan Hijriyah, yaitu sistem kalender yang mulai diberlakukan sejak zaman kekhalifahan Umar Ibn Khatab, dengan acuan awal Hijrah Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah, dengan menggunakan penanggalan qomariyah (yaitu sistem penanggalan berdasarkan perputaran bulan). Sedangkan dalam penentuan hari, terdapat dua metode, yaitu metode hisab (yaitu metode perhitungan) dan metode rukyatul hilal (yaitu melihat tanda kemunculan bulan). Terkadang dalam penentuan hisab, tidak sesuai dengan rukyatul hilal. Ini lah yang menjadi pangkal penyebab seringnya terjadi perbedaan dalam menentukan hari raya Idul Fitri.
Idul Fitri, sama seperti tuntunan syariat lainnya, yaitu selalu mengacu pada al Qur’an atau as Sunnah sebagai sumber referensinya, ini yang menjadi kekhasan dalam islam, yaitu tradisi yang selalu mengacu pada kedua petunjuk tersebut. Tentang penentuan waktu idul fitri ini, jatuh di bulan 1 syawal didasarkan petunjuk dari Surat al Baqarah 185, yang artinya



 “Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

Idul Fitri merupakan salah satu dari dua hari raya yang ditentukan oleh Nabi sendiri. Sedangkan perayaan keislaman lainnya, seperti Isra’ Mi’raj, Tahun Baru Hijriyah, Maulid Nabi, dan sebagainya, bukan lah hari raya Islam. Tetapi dalam tradisi yang dilakukan oleh masyarakat muslim, peringatan-peringatan tersebut tetap dirayakan. Tentang penentuan dua hari raya ini, dapat dilihat dari hadits sebagaimana berikut ini;  Dari Imam Tabrani r.a., Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa menghayati malam Hari Raya Aidil Fitri dan malam Hari Raya Aidil Adha dengan amal ibadah sedang dia mengharapkan keredaan Allah semata-mata hatinya tidak akan mati seperti hati orang-orang kafir.”


Sebagaimana dalam Surat al Baqarah 185 di atas, bahwa setelah lewatnya bulan puasa (atau dengan menggenapkannya menjadi 30 hari), maka Allah memerintahkan untuk bertakbir kepadaNya. Perintah ini tidak hanya berlaku pada hari Raya Idul Fitri, melainkan juga pada hari raya Idul Adha. Pada suatu hadits, selain bacaan takbir, juga dianjurkan untuk bertahmid (memuji Allah, dengan bacaan alhamdulillah), atau dengan taqdis (mensucikan Allah, yaitu dengan bacaan Subhanallah). Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Anas, Rasululllah Saw bersabda “ Hiasilah kedua-dua Hari Raya kamu iaitu Hari Raya Puasa dan juga Hari Raya Korban dengan Takbir, Tahmid dan Taqdis.

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply