Select Menu

Slider

Travel

Performance

Cute

My Place

Slider

Racing




Pada tanggal 20 mei selalu diperingati sebagai hari kebangkitan nasional. Hari itu adalah hari dimana dilahirkan organisasi Boedi Oetomo, yang dijadikan patokan kebangkitan kesadaran rakyat indonesia untuk merdeka. 

 Tapi ada organisasi lain yang lebih dahulu ada dan pengaruh terhadap perjuangan bangsa yang tak dapat dianggap sebelah mata, yaitu organisasi Sarekat Islam. Organisasi yang secara embrionya lebih dahulu ada sebelum berdirinya Boedi Oetomo. Bahkan menurut, Mansur Soeryonegara, organisasi ini sudah berdiri sejak 1905.

 Organisasi ini berbeda dengan Boedi Oetomo. Organisasi ini sempat dilarang oleh pemerintahan belanda sebelum akhirnya diperbolehkan membuka cabang di beberapa tempat. Sedangkan Boedi Oetomo terdiri dari bangsawan ningrat Jawa dan Madura, atau pegawai yang bekerja pada pemerimtahan Hindia Belanda. 

 Tujuan berdirinya organisasi pada awalnya adalah untuk melakukan pemberdayaan para pedagang pibumi berhadapan dengan para pedagang asing. Pada waktu itu belum ada konsep WNI atau non WNI. Pedagang asing yang menjadi saingan para pedagang pribumi waktu itu adalah para pedagang cina.

 Selain melakukan pemberdayaan untuk memajukan kaum pribumi muslim di bidang perdagangan, juga bertujuan untuk melakukan dakwah. Atau menyampaikan ajaran islam sebenarnya

 Tetapi pada perkembangan berikutnya jadi kekuatan politik riil yang didukung oleh kalangan bawah pribumi. Meski sempat menempatkan wakilnya di parlemen, tapi akhirnya menarik diri, karena parlemen bentukan Belanda tidak sensitif terhadap kepwntingan pribumi.

 Karena faktor ini lah beberapa sejarawan menempatkan sarekat Islam sebagai organisasi pertama yang membangkitkan kesadaran rakyat indonesia. 

 Waktu itu kelompok komunis lebih tertarik pada organisasi Sarekat Islam daripada Boedi Oetomo, karena watak organisasi komunis yang punya sasaran rakyat bawah. Sedangkan Boedi Oetomo masih dianggap sebagai kelompok feodal oleh kalangan komunis. Masuknya unsur komunis kemudian membuat sarekat Islam pecah. 

 Penutup 

Betapa pengaruh islam sangat tampak dan riil. Tidak dimasukkan nya sarekat islam kedalam oranisasi kebangkitan islam bukan berarti organisasi ini kurang berperan, justru organisasi ini punya peran sangat besar pada awal abad 20.



Waktu berlalu begitu cepat. Tidak terasa sudah berada di pertengahan akhir bulan syakban, dan Bulan Romadhon akan datang datang. Pada waktu-waktu ini kita dihadapkan pada satu pertanyaan krusial "apa yang kita persiapkan untuk menyambut bulan berkah ini??" 

Tidak mungkin kita lewatkan bulan ini begitu saja. Karena banyak fadhilah, di tiap-tiap saat di bulan romadhon. Jika kita tidak menyiapkan baik secara fisik dan psikis, maka kita akan memubadzirkan fadhilah-fadhilah puasa. 

Tulisan ini mencoba mengajak pembaca untuk membuat check list "pemanasan" apa saja yang perlu kita persiapkan untuk menyambut kedatangan tamu mulia. Bayangkan jika rumah kamu akan dikunjungi tamu maha penting, apa yang akan kau lakukan? Yaitu menyiapkan segala sesuatunya kan? 

Persiapan terdiri dari beberapa jenis persiapan, yaitu persiapan mental atau ruhiyah, persiapan fisik atau persiapan jasadiyyah, persiapan finansial atau maaliyah dan persiapan ilmu. 

Persiapan ini berupa melatih jiwa secara "lebih ketat" lagi daripada hari-hari sebelumnya. Misalnya latihan menjaga pandangan mata. Jangan mudah tergoda pada hal-hal yang diharamkan. 

 Melatih jiwa untuk berdzikir, berdzikir tidak hanya menyebut Allah berulang-ulang melainkan juga mengingat Allah. Karena dzikir sendiri artinya mengingat Allah. 

 Selain itu ada latihan mental lainnya yang dilakukan untuk menyambut bulan Romadhon. Yaitu mengasah jiwa ihsan. Dengan menyembah Allah seolah-olah Allah dihadapan kita. Misalnya jika sholat, maka harus menghadirkan Allah dlm jiwa sanubari kita, sehingga sholat dapat kita posisikan sebagai dialog dengan Allah. 

 Jenis persiapan lainnya adalah persiapan finansial. Karena di bulan ini shodaqoh sangat dianjurkan. Rasulullah sendiri memperbanyak sedekah di bulan romadhon. Bagaimana kita dapat bersedekah di bulan romadhon? Oleh karena itu pengeluaran uang di bulan-bulan sebelum romadhon dikurangi, agar kita dapat bershodaqoh secara maksimal di bulan ini. 

Hal yang perlu kita persiapkan lainnya adalah persiapan fisik. Persiapan fisik ini kita brrlatih agar kita "tidak kaget" terhadap kondisi berpuasa dan banyaknya sholat2 sunnah di bulan romadhon. 

Dalam ajaran islam, sebelum romadhon kita dianjurkan untuk memperbanyak puasa,, melakukan sholat sunnah di malam hari dan beristighfar. Sehingga ibadah sunnah di bulan sya'ban tidak hanya bernilai ibadah, melainkan juga sebagai "pemanasan" fisik maupun jiwa sebelum memasuki bulan romadhon. 

Pada tradisi di Jawa, persiapan puasa diwujudkan dengan kegiatan membersihkan diri. Tetapi kadang kegiatan ini disalahpahami dengan "padusan' secara berame-rame. Padahal makna filosofisnya adalah "membersihkan diri" dari kebiasaan2 buruk dan kemalasan untuk menyambut datangnya bulan puasa. 

Jika kita tidak maksimal dalam.menyiapkan diri, maka akan berujung pada kekecewaan di akhir puasa. Bulan puasa cepat berlalu debgan sedikit amalan. Karena rasulullah sendiri menyatakan bahwa banyak dari orang yang berpuasa, mereka tak mendapatkan apapun kecuali hanya rasa haus dan dahaga. 

Sebagai penutup, maka menjelang romadhon ini, mari kita persiapkan lebih dahulu apa saja yang perlu kita persiapkan untuk menyambut kedatangan tamu agung kita. Apakah kita menyambutnya dengan setengah hati ataukah sepenuh hati, tergantung pada pilihan kita sendiri. 

Wallahu A'lam






Nyadran berasal dari kata Sradha (Bahasa Sansekerta), bermakna keyakinan. imbuhan ny-n , dalam bahasa jawa berarti pelaksanaan. Sehingga, Nyadran dapat diartikan melakukan hal-hal yang berkaitan dg keyakinan.

Karena tradisi ini banyak diyakini berasal dari HIndhu, maka sebagian ummat islam menganggap hal ini sebagai bid'ah. Tetapi, sebagian lainnya menganggap hal ini sebagai sunnah, dengan mengembalikan kepada hukum dasar dari ziarah, yaitu Sunnah.

Meski demikian, berziarah kubur, tidak lah mesti di bulan Sya'ban (Ruwah), apapun waktu nya tidak masalah. Yang terpenting bukan kapan waktu yang tepat untuk berziarah kubur, melainkan tujuan apa yang dapat diperoleh dari ziarah kubur.

Tujuan utama dari ziarah kubur adalah MENGINGAT KEMATIAN dan MELEMBUTKAN HATI. sebagaimana sabda Nabi; 

Dahulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah-kubur. Namun sekarang ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat melembutkan hati, membuat air mata berlinang, dan mengingatkan kalian akan akhirat namun jangan kalian mengatakan perkataan yang tidak layak (qaulul hujr).” (HR. Al-Hakim) 

fakta KEMATIAN adalah kepastian masa depan kita, adalah hal yang paling kita hindari untuk dipikirkan. Kita menolak untuk memikirkan bahwa kelak kita PASTI akan mati. Padahal Dengan mengingat kematian, kita akan sadar bahwa eksistensi kita hanya lah untuk sementara waktu.
Kesadaran akan hal ini, akan melembutkan hati. Dari hati yang keras untuk tidak berpaling dari urusan keduniaan, kepada hati yang penuh kelembutan. Kematian adalah tanda ketidakberdayaan seseorang terhadap ketentuan yang telah digariskan oleh Allah. Pengakuan akan ketidakberdayaan ini akan menghasilkan sikap ketawadhu'an, kerendahan hati, dan kelembutan. 

Hal yang perlu dihindari dalam masalh ini adalah, kita sering 'mengagungkan" amalan ziarah, tapi kebiasaan itu sebenarnya tak berpengaruh pada kehidupan kita. Ketika di kubur, terlihat khusyuk membaca surat yasin, tetapi setelahnya, "Mengingat Kematian" tidak membekas pada hati dan amaln kita. 

Semoga dengan berziarah dalam waktu apapun (termasuk di bulan Sya'ban) bisa menjadi washilah kepada perbaikan amaliyah kita ke depannya. Aamiin Yaa Mujiibas Saa-ilin. 

Wallahu A'lam






Bulan Sya’ban adalah bulan perpindahan qiblat, dari Masjidil Aqsho di Jerusalem Palestina, ke Masjidil Haram, Mekkah al Mukarromah, menurut Imam Nawawi terjadi pada hari ke 15 pada tahun ke 2 Hijriyah. Selain itu, Bulan Sya’ban merupakan bulan Persiapan memasuki bulan puasa. 

Pada bulan ini kita dilatih secara fisik maupun mental, agar siap ketika memasuki bulan Romadon.  Sebagaimana kesebelasan sebelum memasuki pertandingan besar piala dunia. mereka harus mempersiapkan fisik dan emosional secara berbulan-bulan sebelumnya. mereka akan menyiapkan di bulan rajab, dan meningkatkan pelatihannya di bulan berikutnya, yaitu bulan sya’ban. Jika tidak, mereka akan cepat tersingkir di babak penyisihan. Sebagaimana juga di bulan puasa, ketika awal Romadhon, masjid dipenuhi oleh jama;ah, tapi kondisi ini menyusut besar, ketika memasuki pertengahan, apalagi di sepertiga akhir bulan romadhon. 

Memasuki bulan Romadhon pun, Rasulullah melakukan hal yang sama, yaitu menyiapkan diri secara mental dan fisik, sebagaimana hadits dari Aisyah, yang menyatakan; "Aku tidak pernah melihat Rasulullah menyempurnakan puasa selama sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan. Dan aku tidak pernah melihat beliau banyak melakukan puasa di luar Ramadhan kecuali pada bulan Sya'ban." (HR Muttafaq 'alaih)

Derajat dari hadits di atas sangat kuat, karena hadits tersebut adalah mutawattir, atau hadits yang jalur sanadnya sangat banyak, sehingga dikatakan sebagai kesepakatan para ahli hadits. Secara aqliyyah hadits tersebut juga kuat, karena ibadah juga memerlukan konsistensi atau sikap istiqomah. Apalagi bulan romadhon sebagai bulan puasa, yang diyakini sebagai bulan kemuliaan dimana Allah menurunkan banyak barokah didalamnya.

tentang keutamaan bulan sya’ban lainnya dapat dilihat dari hadits berikut ini;
Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW pernah bersabda: "Sya'ban itu bulan antara Rajab dan Ramadhan. Bulan ini banyak diabaikan oleh umat manusia, padahal dalam bulan ini (Sya'ban)  amal-amal hamba itu diangkat (diterima oleh Allah). Aku ingin amalku diterima oleh Allah di bulan Sya'ban dalam keadaan aku berpuasa." (HR Baihaqi)

Selain anjuran banyaknya puasa, dalam bulan ini kita dianjurkan juga untuk melakukan sholat nishfu sya’ban, sebagai persiapan spiritual kita, yaitu dalam bertaubah, beristighfar dan bermunajat kepada Allah.  Sebagaimana dapat dilihat dari hadits dari sayyidina Ali, bahwa Rasulullah keluar pada malam nishfu sya’ban ke Baqi’ (kuburan dekat masjid Nabawi) untuk memintakan ampun kepada kaum muslimin dan para syuhada’. Dan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad Ibn Hanbal dalam musnadnya, dan beberapa perawi hadits lainnya, bahwa rasulullah memuliakan malam nishfu sya’ban dengan memperbanyak sholat doa dan istighfar.