Tanggal 1 Maret diperingati sebagai hari pertempuran
para pejuang indonesia terhadap pasukan Belanda di Yogyakarta, kemudian dikenal
dengan sebutan .Serangan Oemoem 1 Maret
1949. Apa yang menjadi sebab dari peristiwa ini,
Sebagaimana diketahui, ketika tanggal 17 Agustus
1945, Soekarno menyatakan kemerdekaannya, tidak semua wilayah di indonesia
sekarang ini langsung mendengar pidato soekarno kemudian menyepakatinya, butuh
waktu berhari-hari, berita kemerdekaan indonesia tersebar ke berbagai wilayah,
kemudian menyepakati tunduk patuh pada pemerintahan indonesia merdeka.
Begitu mengetahui, Sultan Hamengkubuwono ke IX
langsung menyepakati, dan tanggal 5 september (atau kurang dari 1 bulan),
Sultan mendeklarasikan bahwa wilayah kerajaan yang dinaungi nya, masuk sebagai
bagian dari indonesia. Tidak semua pemimpin daerah waktu itu punya sikap
sebagaimana ditujukan oleh Sultan HB IX. Bahkan kraton Solo pun menolak untuk
mengintegrasikan kerajaan surakarta menjadi bagian dari indonesia, ini lah yang
kemudian melahirkan gerakan swapraja di surakarta yang menentang kerajaan.
Ketika pemerintahan terbentuk, otomatis juga terdiri
dari susunan kabinet Republik Indonesia, dan mempunyai kedudukan resmi, yaitu
di jakarta. Tetapi, ketika koalisi negara fasis (jerman, italia, jepang) kalah
melawan sekutu (Amerika Serikat, inggris, Prancis, dan inggris), otomatis
pasukan sekutu mendatangi wilayah yang sebelumnya diduduki oleh lawan mereka
(yaitu jepang). Dan kedatangan pasukan sekutu ini, dimanfaatkan oleh Belanda,
dengan membonceng pasukan sekutu.
Jakarta adalah kota yang paling berpengaruh menjadi
salah satu tempat tujuan pendudukan pasukan sekutu. Hal ini lah yang
menyebabkan pemerintahan indoensia awal kurang kondusif, termasuk dalam masalah
keamanan pribadi-pribadi anggota kabinet. Maka, pada tanggal 4 januari 1946,
atau kurang dari 5 bulan sejak kemerdekaan, ibukota Republik indonesia pindah
ke yogyakarta atas instruksi raja HB IX. Karena pemerintahan baru terbentuk
belum ada sumberdaya finansial, maka kabinet mengalami defisit anggaran, dan
raja yogya mengulurkan bantuan, ia menggaji para anggota kabinet dengan memakai
kekayaan istana yogyakarta.
Akhirnya belanda memutuskan untuk melakukan serangan
besar-besaran di Yogyakarta pada tanggal 19 Desember 1948, yang dikenal dengan
sebutan Agresi Militer ke II, ditujukan ke ibukota yogyakarta, dengan target
melumpuhkan kabinet pemerntahan. Semua target vital berhasil dilumpuhkan
belanda, dari istana kepresidenan (di jalan malioboro yogyakarta) dan bandara
maguwo. Para pejabat kabinet pun ditangkap dan diasingkan oleh belanda di Bangka
dan berbagai daerah lainnya di luar jawa
untuk memutus rantai hubungan antara pemerintahan dan rakyatnya.
Ini lah yang menyebabkan kekosongan pemerintahan,
sehingga soekarno sebelum ditangkap sempat menunjuk kekosongan pemerintahan
kepada Syafrudin Prawiranegara. Seorang tokoh masyumi, untuk memimpin
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berkedudukan di Sumatra
Barat. Di Padang, sebuah daerah mayoritas muslim, dikenal sebagai basis
pendukung kedaulatan Republik indonesia waktu itu. Disebut “darurat” karena
pemerintahan ini memang dalam keadaan darurat, karena semua anggota kabinet
inti sudah tidak ada (termasuk pimpinannya sendiri, Soekarno, Hatta, dan Agus
Salim). Dapat dibayangkan, bagaimana keadaan negara ini, jika semua presiden
dan menteri-menterinya, serta penyelenggara negara penting lainnya menghilang?
Di sini lah peran penting jendral Soedirman, mantan
hizbul wathon dan aktivis muhammadiyah ini, memimpin pasukan militer indonesia.
Tidak tunduk pada pemerntahan hindia belanda, dan memilih jalan perjuangan
gerilya. Ia bergerak dari desa ke desa, dari hutan ke hutan. Memotong jalur
lintasan antar kota, sehingga pasukan belanda terkotak-kotak, karena semua
sarana penghubung sudah diputus oleh TNI. Kantor pos, kabel telepon, bahkan
jalanan yang serng dilalui konvoi Belanda dirusak oleh pasukan TNI. Pasukan belanda
mengalami kekalahan dari satu serangan ke serangan lain. Dan pada puncaknya,
adalah Serangan yang dilakukan oleh TNI yang terdiri berbagai unsur laskar
waktu itu, termasuk laskar hizbullah, melakukan serangan ke pos-pos belanda di
yogyakarta.
Ada banyak pihak yang berperan dalam serangan ini. Yaitu,
Panglima Jendral Soedirman, ia selaku panglima tertinggi militer waktu itu. Ia lah
yang berwenang memberikan instruksi ataupun ijin atas suatu serangan kepada
belanda. Dan sri Sultan Hamengkubowono IX, ia lah yang menjadi pemimpin
yogyakarta. Waktu itu, Letkol Soeharto masih berusia 25 tahun, tapi ia juga
berperan dalam serangan ini. Ia menjadi kurir yang bertugas menemui Sri Sultan
Hamengkubowono, untuk membicarakan serangan.
Serangan ini adalah salah satu strategi gerilya. Para
gerilyawan mendatangi kota yogyakarta dan menyelinap di antara rumah-rumah
penduduk di malam hari kemudian melancarkan serangan pada pukul 06.00 pagi. Berbagai
sarana vital yang dimiliki oleh belanda, tiba-tiba diserang oleh gerilyawan. Serangan
ini berlangsung selama 6 jam dan berahir pada pukul 12.00, setelah bala bantuan
tentara KNIL dari arah magelang datang dari arah utara yogyakarta. Meski
menguasai yogyakarta hanya enam jam, tetapi hal ini menjadi point penting
mengingat waktu itu pemerintahan indonesia sudah dianggap tidak ada.
Berkat perjuangan yang dilaukan oleh para pahlawan
indonesia ini, indonesia tetap dianggap eksis oleh sebagian bangsa luar negeri.
Datang silih berganti pengakuan terhadap eksistensi indonesia. Yang pertama
kali adalah negara Mesir, berkat loby ikhwanul muslimin yang mendesak
pemerntahan mesir untuk mengakui eksitensi indonesia, kemudian disusul
negara-negara lainnya. Pengakuan akan eksistensi ini sangat penting, dan
akhirnya memaksa Belanda menyerahkan kedaulatannya kepada indonesia secara
penuh pada Desember 1949.
Tidak ada komentar