Select Menu

Slider

Travel

Performance

Cute

My Place

Slider

Racing

Pengertian

Pada Tanggal 31 Januari diperkirakan akan terjadi Gerhaana Bulan total di beberapa tempat di Indonesia. Gerhana Bulan adalah fenomena alam yang terjadi ketika posisi bumi terletak di antara Matahari dan bulan, sheingga bulan tertutup total dan terhalang menerima cahaya dari matahari. 


Mitos Di Sekitar Gerhana 

Hampir semua budaya di dunia, pernah mengalami kesalahpahaman dalam memandang fenomena Gerhana. Bahkan dalam masyarakat Yunani sekalipun, sebagai kebudayaan yang dibangun dalam prinsip rasionalitas sekalipun, memandang Gerhana sebagai tanda kemarahan dewa dan akan terjadi bencana yang melanda masyarakat mereka.

Dewa marah karena mereka telah diabaikan oleh orang. Oleh karena itu, dalam Bahasa Yunani, gerhana disebut dengan ‘ekleipsis’ yang berarti diabaikan. Kata ini lah yang jadi asal muasal kata “eclipse” dalam Bahasa Inggris. Beberapa tradisi di Eropa, ketika terjadi gerhana, adalah dengan membakar kayu salib, seperti terjadi dalam tradisi di Rumania.

Dalam Legenda Hindu dijumpai seorang raksasa bernama Rahu, berupaya memakan matahari, yang ia anggap sebagai “obat keabadian”. Oleh Dewa Pencipa, Wisnu, Rahu dipenggal kepalanya. Tetapi hanya tubuhnya saja yang mati, sedangkan bagian kepala masih hidup. Dalam keadaan tanpa tubuh, kepala Rahu terus mengejar matahari dan bulan, kadang mereka berhasil untuk memakannya.

Cerita ini mirip dengan mitos yang ada di Jawa. Dalam kepercayaan orang dahulu, gerhana adalah ketika matahari atau bulan dimakan oleh butho atau dikenal dengan Batara Kala. Batara Kala adalah Rahu dalam versi Jawa. Untuk mengusir raksasa ini memakan matahari dan bulan, penduduk diminta untuk memukul segala peralatan, baik panci, kenthongan, atau berbagai perkakas lainnya, agar raksasa memuntahkan kembali matahari dan bulan.

Legenda ini mirip dengan legenda di beberapa wilayah lainnya di Asia, seperti di Vietnam dan China. Dalam mitos China, terjadinya gerhana, karena kedua benda astronomi tersebut, dimakan oleh naga. Sedangkan di Vietnam, karena dimakan oleh katak raksasa. Sama seperti di Jawa waktu lampau, mereka juga diminta untuk memukul drum, dan segala perkakas, serta menyembunyikan ibu hamil. Karena hal ini akan tidak baik bagi ibu hamil.

Kepercayaan dalam Islam

Menurut Keyakinan Islam, matahari dan bulan adalah dua benda (makhluk) ciptaan Allah semata. Matahari dan bulan, adalah dua tanda kebesaran Allah yang ada di langit. Tanda kebesaran Allah, dapat dilihat secara aqliyah, karena terjadi keseimbangan antara keduanya. Jika matahari hanya satu km lebih dekat ke bumi, akan menyebabkan kepunahan seluruh spesies di sini, begitu juga sebaliknya, jika terlalu jauh, juga akan menyebabkan kepunahan spesies di bumi termasuk manusia, karena kekurangan energy matahari. 

Pola peredaran matahari dan bulan diatur sedemikian rupa yang beredar menurut orbitnya, jika tanpa kekuasaan Allah, mereka akan bertubrukan. Oleh karena itu, dalam al Qur’an disebutkan bahwa matahari dan bulan adalah tanda Kebesaran kekuasaan Allah;

Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah kalian sujud (menyembah) matahari maupun bulan, tapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika memang kalian beribadah hanya kepada-Nya.” (Fushshilat: 37)

Terjadinya gerhana matahari atau bulan karena kehendak Allah lewat ketentuan (Qodho) yang ditetapkan oleh Allah lewat sunnatullah yang berlaku, yaitu hukum Alam. Oleh karena itu, dalam Islam hal ini tidak terjadi karena adanya suatu peristiwa apapun yang terjadi di bumi. Seperti karena kelahiran atau kematian seorang tokoh.

Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua ayat (tanda) di antara ayat-ayat Allah. Tidaklah terjadi gerhana matahari dan bulan karena kematian seseorang atau karena hidup (lahirnya) seseorang. Apabila kalian melihat (gerhana) matahari dan bulan, maka berdoalah kepada Allah dan sholatlah hingga tersingkap kembali.” (HR. Al-Bukhari no. 1043, dan Muslim no. 915).

Amalan Ketika terjadi Gerhana

Meski sebagai gejala fenomena alam biasa, tetapi Nabi Muhammad menyatakan, bahwa gerhana ini bisa membikin rasa takut dan khawatir orang. Karena memang jadi sunnatullah, jika manusia merasakan kekhawatiran terhadap fenomena alam yang mereka anggap ganjil, tak biasa dan mungkin pertama kalinya mereka lihat. Dalam hal ini rasulullah menyatakan;


Tanda-tanda ini, yang Allah tampakkan, bukanlah terjadi karena kematian atau kelahiran seseorang. Namun dengannya Allah memberikan rasa takut kepada hamba-hamba-Nya. Maka apabila kalian melihat salah satu darinya, bersegeralah untuk berdzikir, berdoa kepada-Nya dan memohon ampunan-Nya.” (HR. Al-Bukhori no. 1059) 

1. Sholat Gerhana

“Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk memanggil jama’ah dengan: ‘ASH SHALATU JAMI’AH’ (mari kita lakukan shalat berjama’ah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka’at.” (HR. Muslim no. 901) . Meski demikian, sholat Gerhana dapat dilakukan sendirian. 

2. Memperbanyak Amalan

Memperbanyak doa, dzikir dan beristighfar kepadaNya, sebagaimana hadits al Bukhori no. 1059 di atas. 

Demikian sebaiknya yang dilakukan kaum muslimin dalam menyambut kedatangan gerhana, dengan lebih banyak mendekatkan diri kepada Allah, mensyukuri nikmat dan fenomen alam yang diberikan oleh Allah sebagai tanda-tanda keagungan Allah SWT. Semoga sebagai kaum muslimin kita terhindar dari kegiatan-kegiatan mubadzir, euphoria, bahkan membahayakan anggota badan kita dalam menyambut kedatangan gerhana.  

Salah satu yang membahayakan anggota tubuh kita adalah dengan melihat gerhana matahari secara langsung maupun menggunakan peralatan yang belum terstandarisasi akurasinya dalam menangkal bahaya sinar (corona) yang timbul pada saat gerhana.
Tanggal 25 Januari diperingati sebagai hari Makanan dan Gizi Dunia. Dan Islam sendiri dalam hal makanan juga diperintahkan untuk mengkonsumsi makanan yang baik-baik (thoyyiba), sekaligus menjauhkan diri dari makanan yang haram.  Sebagaimana firman Allah

Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah.” (QS. Al-Baqarah : 17)

Pada ayat di atas Allah telah memberikan rezeki kepada manusia, di antara rezeki yang diberikan , ada berupa rezeki yang berasal dari sumber yang baik , tetapi ada pula rezeki yang tidak baik. Dan kita diperintahkan untuk memakan barang yang baik. Sehingga, daging tikus, daging kucing, daging anjijng, dan beberapa  jenis daging hewan menjijikkan lainnya haram untuk dimakan. Pada zaman Nabi dan Sahabat, mereka pada umumnya hanya memakan binatang ternak. Dan di antara binatang ternak tersebut yang tidak diperbolehkan untuk memakannya adalah binatang babi.  Yang dilakukan oleh para sahabat adalah ketika mereka hendak memakan binatang yang bukan binatang ternak, maka mereka terlebih dahulu bertanya kepada Rasul. Misalnya mereka bertanya tentang daging biawak, daging katak, dan sebagainya.

“Menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk.” (QS. Al-A’raf : 157). Ayat ini menguatkan ayat sebelumnya, yaitu tentang pengharaman makanan yang buruk dan menghalalkan makanan yang baik. Makanan yang baik itu bisa dilihat dari wujudnya, asalnya, ataupun kandungannya. Tikus dan bekecot adalah jenis hewan, tetapi secara bentuk tidak lah layak untuk dimakan. Begitu juga dengan daging anjing, karena pada dasarnya anjing itu bukan untuk diternakkan melainkan untuk dipelihara atau sebagai teman berburu. Ada pula secara bentuk tidaklah menjijikkan, tetapi makanan yang didalamnya mengandung racun atau zat yang berbahaya untuk dikonsumsi  maka tidak diperkenankan .

Misalnya penggunaan tanaman ganja. Tanaman ganja merupakan jenis keluarga tumbuhan yang memang bisa berkembang di iklim tropis. Pada masa lampau pun dipelihara, bahkan bisa dijadikan obat. Tetapi pemakaian daun ganja dikonsumsi dengan cara yang salah, maka hal ini haram dikerjakan. Oleh karena itu Allah berfirman wa laa tulquu bi-aidiikum ilat tahlukah (dan jangan lah kamu menjerumuskan diri pada kehancuran).

Selain masalah makanan yang baik, tentu saja apakah makanan tersebut halal tidak untuk dikonsumsi. Inilah perbedaan antara makanan bergizi yang dianut oleh non muslim, dan orang muslim. Bagi seorang muslim, kandungan makanan yang bergizi belum tentu halal untuk dikonsumsi. Misalnya daging burung yang mencengkeram, misalnya burung rajawali. Mungkin burung rajawali mengandung kandungan nutrisi, tetapi ia tetap binatang pemakan bangkai dan punya kaki yang digunakan untuk mencengkeram mangsa. Hal tersebut tetap diharamkan dalam agama.


Sehingga dalam Islam, sebuah makanan tidak hanya dipandang dari nutrisi nya belaka, melainkan apakah makanan tersebut halal untuk dikonsumsi atau tidak. Daging babi yang diolah sedemikian rupa sehingga bersih dari kuman, tetaplah haram untuk dikonsumsi. Karena hal ini tegas dilarang oleh Allah dalam berbagai ayat Nya dalam al Qur’an. 




Januari 2018 terdapat dua bulan Hijriyah, yaitu Robi’ul Awal dan Robi’uts Tsani. Robi’ul Awwal sering disebut dengan Bulan Maulud, karena di bulan ini lah Nabi Muhammad Saw dilahirkan. Tidak seperti bulan Robi’ul Awwal, bulan Robi’uts Tsani adalah bulan yang ‘biasa-biasa’ saja.

Robi’uts Tsani bukan salah satu bulan hurum. Bukan pula bulan-bulan yang didalamnya terdapat amalan khusus, sebagaimana bulan rajab atau bulan shafar. Meskipun demikian terdapat banyak peristiwa penting yang terjadi di bulan ini. Di antaranya adalah;

Pengusiran Bani Nadzir dari Madinah. Rasulullah melakukan hal ini bukan karena rasa benci kepada ummat Yahudi, melainkan karena dilanggarnya perjanjian Hudaibiyah. Pada masa lampau, sebuah pengkhianatan sangat berdampak pada kehidupan bersama.

Karena menyangkut masalah eksistensi, maka hukuman setimpal diberlakukan waktu itu oleh Rasulullah. Tidak mungkin menjadi suatu komunitas, jika salah satu pihak di dalamnya berusaha menghancurkan yang lainnya.  Sehingga terdapat dua alasan dalam memerangi mereka, yaitu

Pertama, dirusaknya perjanjian mereka dengan rasulullah. Mereka bahkan bersekongkol dengan Abu Sofyan, dalam rangka pemberian masukan tentang keadaan kaum muslimin di Madinah. Dari sudut pandang militer, maka yang dilakukan oleh tokoh Bani Nadzir adalah menjadi spion (mata-mata) bagi kelompok kafir yang berada di Mekkah untuk menyerang kaum muslimin di Madinah.

Tidak hanya persengkokolan dengan kaum musyrikin yang akan memerangi kaum muslimin, melainkan juga melakukan kesalahan fatal, dengan melakukan percobaan pembunuhan kepada Nabi Muhammad Saw.  Ketika Nabi Muhammad Saw beserta para sahabat utama (Abu Bakar, Umar dan Ali) menemui perkampungan Bani Nadzir untuk meminta Diyat atas pembunuhan yang dilakukan oleh seorang dari bani Nadzir, yang mereka lakukan kepada Nabi bukan dengan memenuhi kewajiban yang harus dibayarkan oleh mereka, tetapi sebuah upaya pembunuhan, dengan berencana menjatuhkan batu besar di atas tempat duduk Nabi. 


Tetapi Niat jahat kelompok Bani Nadzir ini gagal. Lantaran Nabi Muhammad diberi peringatan oleh Jibril , sehingga ia segera beranjak dari tempat duduknya. Tidak seberapa lama, nabi mengumumkan untuk mengusir bani Nadzir dari madinah. Pengusiran yang dilakukan oleh kaum muslimin kepada Yahudi Bani Nadzir ini dikenal dengan sebutan Perang Najran.
1 Januari merupakan salah satu hari Libur yang ditetapkan secara nasional. Pada hari ini biasanya diperingati dengan secara meriah. Tetapi di sisi lainnya, acara tahun baru banyak juga diisi dengan muhasabah.

Kalender “Masehi” berasal dari kata al Masih atau Mesias, merujuk pada Nabiyullah Isa alaihi salam. Banyak orang awam yang meyakini, bahwa kalender ini dibuat sejak masa 2000 tahun yang lalu, dimulai dari kelahiran Isa al Masih. Tetapi sebenarnya tidak, sistem kalender yang digunakan sekarang sudah digunakan berabad-abad sebelumnya.

Bilangan tahun pada Kalender Masehi diperbarui sekitar abad ke 8, dengan menggunakan sistem kalender yang sudah ada. Mereka menetapkan tahun, berdasarkan perkiraan dari sejak kelahiran Isa alaihi salam, meskipun sedikitnya sumber kapan kelahiran Nabi Isa secara akurat.

Kelahiran Isa al Masih sendiri pun sulit diketahui secara pasti. Pada umumnya para sejarawan Nasrani memperkirakan Isa lahir jauh sebelum 0 M. Ada yang menyatakan 18 SM, dan yang paling dekat adalah 7 SM.

Sistem penanggalan berdasarkan tahun yang terdiri dari 12 Bulan, dan bilangan tahun sejumlah 365 hari beserta tanggal kabisat sudah dimulai sejak zaman lampau. Setidaknya dari masa Kaisar Julius. Nama-nama bulan yang digunakan nya pun sama mirip dengan bulan yang ada pada masa sekarang.

Penyempurnaan kalender oleh Kaisar Julius Kaisar juga berdasarkan atas masukan dari pakar almanak Mesir ketika kaisar berkunjung kesana. Sehingga, kelender Masehi, merupakan hasil akhir dari proses perkembangan peradaban manusia. Peradaban manusia yang saling berinteraksi antara satu dengan lainnya, melahirkan kesepakatan bersama.
Pada masa Romawi, juga telah dibangun sebuah gedung untuk menentukan keakuratan tanggalan. Dari sini, beberapa proses pembetulan kalender secara terus menerus dilakukan. Pada tahun 1582 merupakan pembaharuan terakhir, dimana para pakar almanak memotong 10 hari, karena pada masa sebelumnya terjadi perbedaan 10 hari. Dari saat itu, diputuskan tiap satu abad sekali tahun kabisat ditiadakan, untuk menyiasati kekurangan 4 menit di tiap tahunnya.  

Kalender Masehi sangat penting digunakan, terutama dalam menentukan jatuhnya musim. Selain Kalender Masehi, kita juga menggunakan kalender Hijriyah, untuk menentukan jatuhnya beberapa syariat yang harus dilaksanakan. Seperti jatuhnya Bulan Romadhon, penentuan bulan syawal, penentuan bulan haji, dan sebagainya. Penggunaan keduanya sangat dianjurkan dalam Islam.